Nata Praja Kusumaning Bangsa

"Hai orang-orang yang beriman, Bertaqwalah kalian kepada Allah dengan (wasilah) mengatakan perkataan yang meneguhkan (hati). (Dan jika kalian telah memenuhi hal tersebut) maka niscaya Allah akan memperbaiki bagi kalian amal perbuatan kalian dan akan mengampuni bagi kalian dosa kesalahan kalian. Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya maka dia akan mendapat kemenangan yang agung" (QS. Al Ahzab 70-71)

5 Prinsip Kepemimpinan Sun Tzu

THE WAR STRATEGY OF SUN TZU

5 Prinsip Kepemimpinan Sun Tzu


· Zhi Kecerdasan

· Xin Kepercayaan

· Ren Kebaikan

· Yong Keberanian

· Yan Ketegasan


Art Of War Sun Tzu yang terdiri dari 13 bab ini adalah

karya militer klasik tertua yang diketahui dalam literatur

China. Karya ini menjadi teks militer yang paling terkenal

dan paling disanjung di luar China. Para cendekiawan

sejarah militer sependapat bahwa buku ini kemungkinan

ditulis sekitar 400 sampai 300 tahun sebelum masehi, atau

100 tahun setelah kelahiran dua filosof besar china; Khong

Hu Cu dan Lao Tze. Singkatnya karya agung ini telah

berumur lebih dari 2300 tahun. Peran penting karya Sun Tzu

terhadap pemikiran militer telah sejak lama berlangsung,

misalnya dalam Annals Of Three Kingdoms (Sam Kok),

sebuah karya militer klasik china yang lain, banyak

menerapkan strategi yang dianjurkan oleh Sun Tzu.


Dalam perkembangan dunia militer strategi merupakan

bagian yang sangat penting, dalam memenangi sebuah

pertempuran dimedan perang. Ada 5 (lima) hal yang

substansial dalam strategi Sun Tzu, dan lima hal ini dapat

kita langgar atau tidak digunakkan tapi pastinya lima hal ini

tidak dapat kita hilangkan begitu saja. Karena hukum yang

mengikat diantara lima elemen dasar untuk mencapai

sebuah kemenangan, berikut adalah lima elemen penting

yang ada dalam karya Sun Tzu;


Prinsip Pertama Zhi

Kalau diterjemahkan secara bebas Zhi mengandung arti:

Kecerdasan, pengalaman, pengetahuan, kebijaksanaan, dan

visi. Mari coba sejenak berandai-andai, apa jadinya kalau

seorang pemimpin tidak memenuhi prinsip ini? Mungkinkah

seorang yang tidak berpengalaman punya rasa percaya diri

untuk meyakinkan dan menunjukan arah kepada para

pengikutnya?

Lalu sebaliknya, bagaimana kira-kira reaksi para pengikut

ketika ia diminta untuk mengikuti orang yang ragu-ragu?

Akankah ia menjadi yakin dan menurut saja? Tentu saja

tidak mungkin! Karena itulah, seorang guru Kepemimpinan

terkenal dari Amerika, John C. Maxwell menegaskan “Setiap

orang mungkin bisa menjalankan kapalnya, tetapi hanya

seorang pemimpinlah yang bisa menentukan arahnya”.


Prinsip Kedua Xin

Prinsip ini secara sederhana menerangkan bahwa seorang

pemimpin haruslah dapat dipercaya sekaligus mampu

meyakinkan para pengikutnya! Terlalu sulit dibayangkan,

kalau seorang pemimpin yang tidak memiliki integritas,

tanggung jawab, kewibawaan, dan punya sifat plin-plan

atau opportunis, harus memimpin pasukan. Suatu saat

medan pertempuran bisa saja chaos, sehingga segala

manual atau aturan-aturan standar, sudah tidak mungkin

diterapkan. Saat ini fatwa, perintah, atau petunjuk dari sang

pemimpin menjadi satu-satunya pegangan para pengikut.

Lalu, apa jadinya kalau sang pemimpin adalah pribadi yang

tak dapat “dipegang” janjinya? Menghadapi kemungkinan

seperti inilah Sun Tzu mengisyaratkan: “Pemimpin yang

punya integritas tinggi akan mampu menyatukan dan

menggerakan pasukan untuk berjuang meraih

kemenangan!”


Prinsip Ketiga Ren

Ren atau kebajikan, adalah kualitas pribadi yang lebih dari

sekedar “baik” atau “menyenangkan”. Pemimpin yang

memiliki Ren adalah pribadi yang penuh tenggang rasa,

toleran, dan penuh pengertian. Intinya, pemimpin yang

demikian, sudah pasti memiliki hati dan jiwa yang “penuh

tercukupi” atau fulfill, sehingga dari ketercukupan hatinya

itu, meluberlah kasih sayang ke sekelilingnya, terutama

kepada para pengikutnya. Pemimpin yang memenuhi

prinsip ini, bisa digambarkan sebagai pribadi yang tidak

mudah marah-marah sendiri hanya karena kekeliruankekeliruan

kecil yang mungkin diperbuat pengikutnya.

Memang, ia tidak selamanya bisa menolerir kesalahan apa

lagi melonggarkan kedisiplinan, tetapi yang pasti ia selalu

melihat kekeliruan dan kesalahan, sebagai panggilan

kepadanya untuk saatnya memberikan pembinaan.


Prinsip Keempat Yong

Pengertian sederhananya adalah: Keberanian! Keberanian di

sini berasal dari perhitungan matang dan bukan dari

keputusan nekad atau untung-untungan. Pada zaman

sekarang, hal ini kita kenal dengan istilah calculated risk!

Pemimpin yang memenuhi prinsip ini, selalu melakukan

perhitungan secara matang, sebelum mulai berjalan! Dan,

sekali dia melangkah, pantang baginya untuk surut ke

belakang! Prinsip Yong ini mengingatkan kita pada teori

Analisis Persoalan Potensial; dimana kita harus memikirkan

dan mengandaikan berbagai kemungkinan terburuk yang

mungkin terjadi. Sehingga, dari sana kita bisa menyususn

dan menyiapkan berbagai langkah antisipasi, bila hal-hal

yang terburuk benar-benar terjadi.


Prinsip Kelima Yan

Prinsip ini mengharuskan seorang pemimpin untuk tegas,

keras, dan disiplin! Ketegasan di sini, lebih ditekankan pada

tegaknya kedisiplinan militer. Ada kisah menarik saat prinsip

Yan ini diterapkan oleh Sun Tzu. Alkisah, setelah membaca

Art of war tulisan Sun Tzu, Kaisar Ho Lu merasa sangat

tertarik dan meminta Sun Tzu untuk mendemontrasikan.

Kaisar berkata “Apakah strategimu juga dapat diterapkan

untuk para wanita? “Sun Tzu menjawab: “Bisa baginda,

asalkan paduka memberi wewenang penuh untuk

melaksanakannya!” Singkat cerita, Sun Tzu diberi

wewenang penuh untuk melatih 180 wanita itu ke dalam

dua kelompok, dimana dua selir kesayangan kaisar masingmasing

diberi kedudukan sebagai kepala kelompok. Kepada

kedua barisan itu Sun Tzu memberikan instruksi terinci:

begitu mendengar tanda bunyi genderang, maka mereka

harus berbaris dan berjalan! Lantas, genderang sebagai

aba-aba pun dibunyikan, tetapi semua wanita itu hanya

senyum-senyum dan tertawa cekikikan, tanpa

mengindahkan perintah. Kali ini Sun Tzu menerangkan

kepada para wanita tersebut; jika pertama kali mencoba

tetapi tidak bisa melakukan perintah, maka itu karena

panglima yang kurang jelas perintahnya. Untuk itu ia

menjelaskan sekali lagi aturan dan cara-cara baris yang

mesti dilakukan begitu mendengar genderang. Dan sekali

lagi, setelah pasukan siap, genderang segera dibunyikan.

Tetapi lagi-lagi para wanita itu hanya tertawa dan bercanda.

Kini, Sun Tzu menegaskan dengan lantang: bila perintah

sudah dijelaskan dan diulang oleh panglima, tetapi tetap

tidak dilaksanakan, maka kesalahan tidak lagi ada pada

panglima tetapi pada komandan lapangan. Dalam kasus ini,

kedua komandan lapangan adalah dua orang selir

kesayangan kaisar. Maka sebagai ganjarannya Sun Tzu

memerintahkan untuk menghukum mati kedua selir

tersebut. Mendengar hal itu Kaisar Ho Lu mencegah Sun Tzu

dan meminta agar kedua selir kesayangannya itu diampuni.

Akan tetapi Sun Tzu menolak permohonan kaisar. Katanya:

Mohon maaf Baginda. Sebagai panglima tertinggi yang

ditunjuk, saya harus tetap menjalankan prinsip hukum

militer, dimana yang salah harus ditindak dengan tegas!”.

Setelah itu, Sun Tzu melanjutkan pelatihannya, dan kali ini

semua instruksinya diikuti sehingga latihan berjalan tertib

dan lancar.

Setelah kejadian itu, kaisar merasa kehilangan selir yang

disayangi. Tapi, di lain pihak, kaisar melihat bahwa

ketegasan hukum militer yang dijalankan Sun Tzu bisa

diterima dengan nalar. Karena itu, akhirnya kaisar

mengambil keputusan untuk benar-benar mengangkat Sun

Tzu sebagai panglima kerajaan.

Menerima amanah ini, Sun Tzu mampu mengembannya

dengan sangat baik sehingga ia bisa meraih sukses yang

maksimal. Ketegasan yang diterapkan Sun Tzu ini sesuai

dengan prinsip reward and punishment dalam konsep

manajemen modern.

0 komentar:

Posting Komentar